Jumat, 25 Mei 2012

BOB SADINO

BOB SADINO


Bob Sadino adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Bob berwirausaha karena "kepepet", selepas SMA tahun 1953, ia bekerja di Unilever kemudian masuk ke Fakultas Hukum UI karena terbawa oleh teman-temannya selama beberapa bulan. Kemudian dia bekerja pada McLain and Watson Coy, sejak 1958 selama 9 tahun berkelana di Amsterdam dan Hamburg.
Setelah menikah, Bob dan istri memutuskan menetap di Indonesia dan memulai tahap ketidaknyamanan untuk hidup miskin, padahal waktu itu istrinya bergaji besar. Hal ini karena ia berprinsip bahwa dalam keluarga, laki-laki adalah pemimpin, dan ia pun bertekad untuk tidak jadi pegawai dan berada di bawah perintah orang sejak saat itu ia pun bekerja apa saja mulai dari sopir taksi hingga mobilnya tertubruk dan hancur , kemudian kuli bangunan dengan upah Rp 100 per hari.
Suatu hari seorang temannya mengajaknya untuk memelihara ayam untuk mengatasi depresi yang dialaminya,dari memelihara ayam tsb ia terinspirasi bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur,tentunya manusia pun juga bisa, sejak saat itulah ia mulai berwirausaha.
Pada awalnya sebagai peternak ayam, Bob menjual telor beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Dalam satu setengah tahun, dia sudah banyak relasi karena menjaga kualitas dagangan,dengan kemampuannya berbahasa asing, ia berhasil mendapatkan pelanggan orang-orang asing yang banyak tinggal di kawasan Kemang, tempat tinggal Bob ketika itu.Selama menjual tidak jarang dia dan istrinya dimaki-maki oleh pelanggan bahkan oleh seorang babu.
Namun Bob segera sadar kalo dia adalah pemberi service dan berkewajiban memberi pelayanan yang baik, sejak saat itulah dia mengalami titik balik dalam sikap hidupnya dari seorang feodal menjadi servant, yang ia anggap sebagai modal kekuatan yang luar biasa yang pernah ia miliki.
Usaha Bob pun berkembang menjadi supermarket, kemudian dia pun juga menjual garam,merica, sehingga menjadi makanan.Om Bob pun akhirnya merambah ke agribisnis khususnya holtikultura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur konsumsi orang-orang Jepang dan Eropa dia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah untuk memenuhi.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira orang, dia sering berjumpalitan dan jungkir balik dalam usahanya. Baginya uang adalah nomer sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menemukan dan berani mengambil peluang.
Bob berkesimpulan bahwa saat melaksanakan sesuatu pikiran kita berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, apa yang ada pada diri kita adalah pengembangan dari apa yang telah kita lakukan. Dunia ini terlampau indah untuk dirusak, hanya untuk kekecewaan karena seseorang tidak ,mencapai sesuatu yang sudah direncanakan.Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah, yang penting adalah action. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan, setelah mengalami jatuh bangun, akhirnya Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman yang selalu dimulai dari ilmu dulu, baru praktek lalu menjadi terampil dan professional.
Menurut pengamatan Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu berpikir dan bertindak serba canggih, bersikap arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Om Bob selalu luwes terhadap pelanggan dan mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan, sehingga dengan sikapnya tersebut Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelangan akan membawa kepuasan pribadinya untuk itu ia selalu berusaha melayani klien sebaik-baiknya.
Bob menganggap bahwa perusahaannya adalah keluarga, semua anggota keluarga Kem harus saling menghargai, tidak ada yang utama,semuanya punya fungsi dan kekuatan sendiri-sendiri.

CHAIRUL TANJUNG (Sukses Berbisnis Saat Krisis)

CHAIRUL TANJUNG
SUKSES BISNIS DI SAAT KRISIS



Belakangan ini, Chairul Tanjung adalah sosok pengusaha yang namanya paling banyak disebut ketika berbicara mengenai peta baru pengusaha besar nasional. Ia banyak disebut sebagai the rising star. Pengusaha pemilik Para Group ini berhasil melakukan lompatan bisnis yang spektakuler justru ketika ekonomi masih dilanda badai krisis. Lompatan besar bermula ketika ia memutuskan untuk mengambil alih kepemilikan Bank Mega pada 1996 lalu. Berkat tangan dinginnya, bank kecil dan sedang sakit-sakitan yang sebelumnya dikelola oleh kelompok Bappindo itu kemudian disulap menjadi bank besar dan disegani. Pada akhirnya bank ini pun menjadi pilar penting dalam menopang bangunan Para Group. Dua pilar lain adalah Trans TV dan Bandung Supermall.
Sebagai sosok pengusaha sukses yang kini langka, Chairul dikalangan teman-teman dekatnya sering dijuluki sebagai The Last of The Mohicans. Sebutan ini mengacu pada sebuah judul film terkenal produksi Hollywood beberapa tahun lalu yang menceritakan kisah penaklukan kaum kulit putih terhadap bangsa Indian di Amerika Serikat sana. Pada akhirnya, bangsa asli yang sebelumnya menjadi tuan tanah dan penguasa wilayah itu kemudian semakin terpinggir dan menjadi sosok langka. Namanya saja sebutan berbau joke sehingga tetap atau tidak penting.
Yang jelas Chairul bukan tergolong pengusaha "dadakan" yang sukses berkat kelihaian membangun kedekatan dengan penguasa. Mengawali kiprah bisnis selagi kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, sepuluh tahun kemudian ia telah memiliki sebuah kelompok usaha yang disebut Para Group. Kelompok usaha ini dibangun berawal dari modal yang diperoleh dari Bank Exim sebesar Rp 150 juta. Bersama tiga rekannya yang lain, ia mendirikan pabrik sepatu anak-anak yang semua produknya diekspor. "Dengan bekal kredit tersebut saya belikan 20 mesin jahit merek Butterfly," ujarnya suatu saat kepada Eksekutif.
Kini pengusaha kelahiran 16 Juni 1962 itu menjadi figur sukses yang sangat sibuk. Ketika Eksekutif meminta kesempatan untuk sebuah wawancara khusus, ia mengaku kerepotan untuk memilih waktu yang tepat. Maklum, selain sibuk mengurus bisnis, pria satu ini juga punya segudang kegiatan kemasyarakatan. Sebelum terpilih menjadi ketua umum PB PBSI beberapa waktu lalu, Chairul telah aktif di berbagai organisasi sosial seperti PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia, anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dan sebagainya. "Kini waktu saya lebih dari 50% saya curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan," ungkapnya.

CIPUTRA (Maestro Real Estate Indonesia)

CIPUTRA MAESTRO REAL ESTATE INDONESIA
 
Ciputra. Dialah pelopor bisnis properti modern di Indonesia dan pendiri sekaligus ketua umum pertama REI (perhimpunan perusahaan real estate Indonsia), sehingga dijuluki Bapak Real estate Indonesia. Ciputra juga orang Indonesia pertama yang dipercaya menjadi World President FIaBCI, organisasi pengusaha realestast internasional. Bagi para konsumen properti, nama Ciputra telah menjadi brand yang menjanjikan kualitas produk sekaligus prospek investasi yang menguntungkan. Di kalangan pelaku bisnis properti, Ciputra identik dengan raksasa bisnis yang sering menjadi rujukan sekaligus pesaing.
Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya. Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta…Kita harus ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan, ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno. Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi. Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya. Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya. PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf. Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar. Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21. Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. "Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri," ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.

CONRAD NICHOLSON HILTON (Si Raja Hotel Dunia)

CONRAD NICHOLSON HILTON
KIPRAH SI RAJA HOTEL DUNIA



Dalam kata pembukaan biografi yang ditulis Whitney Bolton, salah seorang teman, Conrad Hilton menyatakan: Tidak mungkinlah seseorang memulai suatu usaha dalam hidup ini tanpa mengetahui arah mana yang akan ditujunya. Sejauh yang saya ingat…saya termasuk mempunyai sifat antusiasme. Dengan antusiasme yang terus mendorongku dan doa yang melindungiku, saya dapat mengatakan bahwa saya menyukai apa yang telah saya lakukan dalam hidup ini. Tak dapat tidak, dengan modal seperti itu, sulitlah orang tidak hidup dengan aktif, kaya, dan lebih-lebih lagi, bahagia. Kalau seseorang mempunyai ambisi yang mendorong dia, kepercayaan yang menuntunnya, dan kesehatan untuk menerapkan segala kemampuannya, tidak mungkin tidak ia akan mencapai sukses, entah dengan cara apa. Kelihatannya sukses yang digambarkan oleh Hilton di atas ini mulai pada usia sangat muda. Ia mencapai ketenaran dan kekayaan bukan berkat bakat administrasi yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu usaha hotel mewah, melainkan berkat ketajaman bisnisnya. Ia menguasai keahlian keuangan dan menjadi seorang yang pandai bernegosiasi, sangat cerdas dalam segala transaksi. Lebih dari itu, ia memiliki suatu indera keenam sangat peka yang memungkinkan dia memilih waktu dengan tepat, dan bermata jeli untuk melihat kesempatan dalam investasi yang menguntungkan. Di samping itu, Hilton sering menggunakan prinsip dasar sebagai berikut: Pilihlah orang-orang yang kompeten, tempatkan mereka pada posisi kunci dan secara implisit pada keputusan hati mereka.
Hilton dilahirkan pada 25 Desember 1887 di San Antonio, New Mexico. Ia anak kedua dari delapan bersaudara, dan anak lelaki pertama. Ayahnya, Augustus Hover Hilton, yang secara akrab dipanggil "Gus" dilahirkan di Oslo tahun 1854 dan telah berpindah ke Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Beberapa lama Gus Hilton tinggal di Fort Dodge, Iowa, tempat kelahiran istrinya, Mary Laufersweiler, seorang keturunan Jerman. Ia terpesona oleh banyaknya kesempatan di Barat, dan karenanya ia menetap di Sorocco, New Mexico, dan kemudian di San Antonio. Ia mengerti kebutuhan para penambang batu bara dan orang-orang yang bepergian pulang-balik melintasi perbatasan Mexico, dan hal ini mendorong dia untuk membangun suatu toko serba ada.
Hilton memimpin 185 hotel di Amerika Serikat dan 75 di seberang lautan ketika ia meninggal pada usia 91, bulan Januari 1979. Sebelum mengambil keputusan-keputusan yang penting. Hilton berhari-hari meneliti dan menimbang-nimbang segala implikasinya. Ia mempelajari segala sesuatu. Bila Hlton tidak dapat membeli sebuah hotel, ia menyewa. Bila ia tidak dapat menyewa, ia membangunnya. Lelaki jangkung mengesankan yang tampak segar bugar ini makan dan tidur di hotel; ia mimpi tentang hotel di malam hari.
Karier Hilton bermula ketika ia menjawab dengan tenang: Mengapa tidak menggunakan lima atau enam kamar di rumah kita dan mengubahnya menjadi ruang tidur, seperti hotel. Kota ini membutuhkan hotel. Mungking mula-mula kita tidak mempunyai pelanggan, tetapi ceritanya akan tersebar dan semua akan berjalan sendiri. Anak-anak perempuan dan Ibu dapat mengurusi dapur dan saya akan mengurusi bawaan para tamu. Dengan mudah tiap kamar dapat menampung beberapa tamu. Dengan ongkos $2,50 sehari, saya pikir kita akan cukup beruntung. Sudah jelas, masalahnya adalah bagaimana menarik pelanggan. Inilah awal sutu masa kerja keras bagi Hilton. Ibu dan saudara-saudara perempuannya mengurusi hotelnya sendiri sedangkan dia dan ayahnya tetap bekerja di toko. Tetapi begitu toko tutup pada pukul 6 sore, Hilton makan malam sedikit, dan langsung tidur. Pada tengah malam ia bangun untuk menjemput orang-orang yang turun dari kereta api pada jam 1 dini hari. Ia mengurusi barang-barang mereka, mendaftar mereka, mengecek apakah segala kebutuhan mereka telah tersedia, seperti selimut, sabun dan handuk, mencatat sarapan yang mereka inginkan di pagi hari dan jam berapa mereka minta dibangungkan. Ia mengirimkan catatan tersebut kepada ibu, lalu kembali ke station untuk menyambut kereta jam 3 pagi. Bila penumpang terakhir telah mendapat penginapan, Hilton dapat tidur lagi, sekurang-kurangnya sampai jam 7 pagi. Pada jam itu ia bangun, mengurusi para tamu, lalu membuka toko mereka jam 8 pagi. Hanya dalam waktu enam minggu penginapan San Antonio sudah dikenal seluruh daerah itu, bahkan sampai sejauh di Chicago. "Kalau kamu harus singgah," begitu kata orang, "pergilah ke San Antonio dan menginaplah di penginapan Hilton." Suatu pelajaran penting telah didapatkan Conrad Hilton. Ia selalu bekerja keras dan lama untuk berhasil. Sampai kematiannya, ia berkata bahwa ia tidak mau dibayar sejuta dolar sebagai tukaran segala sesuatu yang telah dipelajarinya selama ini.
Keberhasilan "hotel" pertama Hilton memungkinkan dia menuntut pendidikan di New Mexico School of Mines pada tahun 1907. masa ini menandai suatu titik balik dalam hidupnya. Dalama waktu dua tahun, Gus sudah bangkit lagi. Ia mulai sibuk dalam usaha real estate di Hot Spring, New Mexico. Ia bermimpi tentang membuka sebuah bank, dan ia telah membeli tanah untuk membangun rumah. Tanah itu terletak di Sorocco, tempat berdirinya Chool of Mines. Hilton membenci kota itu. Ayahnya memberi dia pilihan untuk tetap di San Antonio dengan mengurusi toko, sementara seluruh keluarga berpindah ke Sorocco. Hilton tahu bahwa saudara-saudara perempuannya akan lebih mungkin berhasil di kota itu, maka ia setuju. Inilah awal masa magangnya dalam dunia bisnis. Tunjukkan sikap hormat kepada siapa saja yang anda hadapi. Prinsip ini membantu dia dalam menghadapi pemerintah Puerto Rico, yang telah menghubungi tujuh hotel Amerika untuk meminta mereka membuka satu hotel mewah di San Juana. Tidak satu pun hotel itu yang tertarik, dan menjawab dengan surat bisnis yang pendek tanpa keramahan dalam bahasa Inggris, Hilton memberikan jawabannya dalam bahasa Spanyol yang sempurna. Tentu saja suasana jadi sangat berbeda. Maka lahirlah rangkaian hotel Caribe-Hilton. Dalam urusan bisnisnya di luar negeri pun, Hilton menerapkan tiga prinsip seperti di dalam negeri: Tanamkan modal sendiri, Perlakukan bankir-bankir sebagai teman, Berikan pada manajer saham dalam perusahaan. Formula ini mencapai hasil yang baik ke mana pun ia pergi, karena cara ini tidak mengundang rasa tidak senang orang yang dihadapi di luar negeri. Hilton lebih suka menawarkan kemitraan kepada para investor luar dalam hotel-hotelnya. Mereka dibebani membeli tanahnya dan membiayai pembangunannya. Hilton memberikan bantuan teknis dan membantu pengoperasian hotel. Lalu kedua pihak menandatangani kontrak sewa bersama atau kontrak manajemen bersama. Personil, yang disaring dan dipilih dengan teliti dari tenaga setempat, diundang untuk meningkatkan kemahiran mereka di hotel-hotel Hilton di Amerika Serikat.
Hotel-hotel muncul di mana-mana di luar negeri. Maka didirikanlah Hilton International Corporation pada tahun 1948. Badan ini berdiri sendiri, terpisah dari badan induknya, tetapi Hilton memegang pimpinan sebagai presiden dan ketua direksi. Operasi hotel Hilton di luar negeri memenuhi dua cita-cita Hilton: pertama membantu orang Amerika berhubungan dengan bagian dunia yang lain sehingga membuat mereka lebih bertoleransi, dan kedua, dan kedua, hotel-hotel ini memungkinkan dunia lain mengenal Amerika dan warganya. Tokoh-tokoh terkenal membantu penyediaan dana bagi Hotel Hilton yang terdapat di mana-mana di luar negeri. Shah Iran dengan Yayasan Pahlavinya memiliki sebuah Hotel Hilton. Howard Hughes juga mempunyai hubungan dengan hotel itu lewat Trans World Airlines. Pada bulan Mei 1967, Hilton International menjadi suatu cabang TWA. Pada waktu itu, Hilton telah mengundurkan diri dari bisnis yang telah dibangunnya dengan modal seadanya.
Hilton akhirnya mempunyai waktu untuk menikmati hidup dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya di rumahnya di California. Walaupun ia tidak lagi menghendaki perjalanan keliling untuk melakukan pengawasan. Ia tidak pernah melewatkan perayaan inaugurasi. Di luar negeri, Hilton yang selalu menghormati tradisi setempat itu memberlakukan kebijaksanaan agar peristiwa-peristiwa gala ini mencakup adat naional dan cerita rakyat negara setempat. Walaupun dalam bisnis sangat sukses, dalam kehidupan pribadinya Hilton tidaklah begitu bahagia. Ia dan istri pertamanya, Mary Barron, mempunyai tiga anak laki-laki, Nick, Barron, dan Eric. Ketika anak terkecil lahir pada tahun 1933, Hilton sedang kehabisan tenaga akibat beban kerja keras. Perkawinannya berantakan. Selanjutnya ia kawin dengan Zsa-Zsa Gabar, tetapi perkawinan ini tak berumur panjang. Perkawinan ketiganya lebih tenang. Pada tahun 1976, pada usia 89 tahun, ia menikah dengan Mary France Kelly. Wanita itu berumur 20 tahun di bawah dia dan merupakan sahabat sejak lama.
Pria yang mempunyai visi ini telah mengukir namanya dalam sejarah. Pada tahun 1965, usaha perhotelan Hilton memiliki 61 buah hotel di 19 negara; dengan kata lain, usaha itu mencapai 40.000 kamar dan tenaga karyawan mencapai 40.000 orang. Hilton sendiri menguasai 30 persen dari penerimaan besar yang diperkirakan mencapai $500.000 juta lebih. Inilah gambaran jelas tentang prinsip Hilton : Percayalah kepada cita-cita Anda, tujuan Anda dan kepada Tuhan. Formula di atas merupakan ringkasan dari karier hebat Conrad Hilton, salah seorang raja perhotelan paling besar dan paling kaya di dunia.